Wavy Tail

Jumat, 17 Mei 2019

Sejarah Pembetukan Bumi dan Perkembanganya

A. Deskripsi Proses Terjadinya Bumi
Dalam menafsirkan teori-teori tentang pembentukan bumi, tidak lepas dalam pembicaraan tentang jagat raya dan tata surya.

1. Jagat Raya
Jagat raya adalah ruang angkasa dengan segala zat serta energi yang ada di dalamnya. Dengan kata lian jagat raya adalah alam semesta yang sangat luas (tidak terukur), mencakup berjuta benda-benda angkasa dan beribu-ribu kabut gas atau kelompok nebula. Kabut gas ini kemudian menjadi gugusan bintang setelah melalui proses yang berlangsung jutaan tahun. Diantara kabut gas itu ada yang berbentuk spiral. Salah satu dari kabut spiral itu adalah Galaksi Bimasakti dimana tatasurya termasuk didalamnya. Kabut spiral lain yang terkenal adalah kabut Andromeda yang letaknya paling dekat dengan Bimasakti. Kabut Andromeda ini garis tengahnya berukuran  10.000 tahun cahaya (tc) dengan ketebalan 1 sampai 2,000 tc.
Selain itu, di angkasa juga bertaburan bintang-bintang. Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya dan panas sendiri sebagai akibat dari tingginnya suhu. Matahari adalah salah satu contoh bintang. Suhu di permukaan bola matahari kira-kira 6.0000C dan suhu di titik tengahnya kira-kira 20.000.0000C. matahari juga berotasi selama 25 hari. Jarak antara matahari dengan bumi kira-kira 149.500.000 km. Garis tengah matahari  1.390.000 km.

2. Konsep Jagat Raya
Ada empat konsep jagat raya, yaitu :
a. Anggapan Antroposentris
Antroposentris (anthropos= manusia; centrum- pusat) adalah anggapan yang menyatakan bahwa manusia sebagai pusat segalanya. Anggapan ini dimulai sejak manusia primitif, waktu manusia mulai menyadari ada bumi dan langit. Matahari, Bulan, Bintang dan Bumi dianggap serupa dengan bangsa hewan, tumbuhan dan dengan dirinya sendiri. Bangsa Babilon 2.00 tahun sebelum Masehi menggambarkan semesta ini merupakan kubah tertutup, dengan bumi dan lantainya. Di sekeliling bumi dianggap terdapat jurang yang tergenang air. Di seberang air terdapat gunung tinggi penyangga langit. Para ahli zaman itu telah mengetahui panjang tahun 365 hari.
Bangsa ibrani mempunyai konsep semesta yang dipengaruhhi oleh pikiran Babilon. Mereka menganggap bahwa langit ditopang oleh tiang-tiang raksasa. Di langit terdapat matahari, Bulan dan bintang-bintang yang menempel. Juga ada jendela-jendela untuk air hujan tercurah.
b. Anggapan Geosentris
Geosentris (geo = Bumi, centrum = pusat) adalah anggapan yang menyatakan bahwa Bumi adalah pusat semesta alam.
Semua benda langit mengelilingi bumi, dan semua kekuatan alam berpusat di Bumi. Anggapan ini dimulai lebih kurang abad ke-6 sebelum Masehi (SM) saat para ilmuwan tertarik kepada alam sekitarnya. Beberapa ahli pendukung anggapan Geosentris antara lain Thales (546 SM), Anaximander (526 SM), Pytagoras (500 SM), Socrates (399 SM), Plato (384 SM), Aristoteles (322 SM), Aristarchus (250 SM), Eratosthenes (195 SM), Hipparchus (125 SM), Claudius Ptolomeus (85 – 165 SM)
c. Anggapan Heliosentris
Heliosentris (Helios = Matahati, centrum = pusat) adalah anggapan bahwa pusat jagat raya adalah matahari. Ini berarti pergeseran pandangan yang dianggap revolusioner pada waktu itu yang menggantikan kedudkan bumi sebagai akibat makinmajunya alat peneliti dan sifat ilmuwan yanbg kritis. Di bawah ini beberapa ahli pendukung heliosentris.
Nicolaus Copernicus (1473-1543) adalah seorang pelukis terlatih, mahasiswa kedokteran, Ilmu Pasti (matematika) dan astronomi. Ia melihat beberapa kekeliruan dalam tabel buatan Ptolomeus. Pada tahun 1507 ia menuis buku yang sangat terkenal “ De Revolutionibus Orbium Caelestium” (Revolusi Peredaran Benda-benda langit). Ia mengemukakan adanya sistem matahari, yaitu matahari sebagai pusat yang dikelilingi oleh planet-planet; bahwa bulan juga mengelilingi Bumi dan bersama-sama mengitari matahari; bahwa bumi berputara ke arah Timur pada porosnya yang menyebabakan siang dan malam. 
Beberapa ahli pendukung teori Heliosentris antara lain, Bruno (1548 – 1601 M), Johann Kepler (1571 – 1630 M), Galileo (1564 – 1642 M), Sir Isaac Newton (1642 – 1727 M).


3. Kejadian Jagat Raya
Ada 3 teori tentang terjadinya jagat raya, yaitu:
a. The Big Bang Theory (Teori Ledakan/Dentuman Besar)
Teori ini menyatakan bahwa semua zat dalam proses itu dahulu berbentuk suatu massa yang padat, yang menyerupai sejenis atom raksasa. Kemudian massa ini meletus, membentuk suatu bola api yang sangat besar. Barangkali dalam beberapa menit, materi telah terpencar ke ruang angkasa yang maha luas. Sekarang bintang-bintang, galaksi-galaksi dan planet-planet yang terbentuk dari materi ini masih mempunyai gerak yang dihasilkan dari letusan itu dan saling berpacu dengan kecepatan yang luar biasa. Unsur yang berbeda-beda itu berkembang dari zat yang sederhana yang meletus.
b. Steady State Theory (Teori Keadaan Tetap)
Mengatakan bahwa jagat raya berabad-abad selalu dalam keadaan sama dan suatu zat, yaitu hidrogen, senantiasa dicipta, boleh dikatakan dari ketidakadaan. Bahan ini membentuk bintang-bintang dan galaksi-galaksi serta tampak lebih kurang seragam di seluruh kosmos.
Teori ini dipelopori oleh Fred Hoyle. Ia berpendapat bahwa materi baru (hidrogen) diciptakan setiap saat untuk mengisi ruang kosong yang timbul dari pengembangan jagat raya. Dal;am kasus ini jagat raya tetap akan selalu tampak sama. namun, menurut Stephen Hawking materi baru yang dibicarakan Hoyle adalah divergen (memancar) sehingga teori keadaan tetap harus ditinggalkan.
c. Oscillating Theory (teori memampat dan mengembang atau berdenyut)
Jagat raya bermula dari semua materi yang saling menjauhi dan massa yang terpampat. Materi itu akhirnya lambat laun berhenti dan mengerut akibat gaya gravitasi. Materi tersebut selanjutnya akan terpampat dan meledak. Pada proses ini tidak ada materi yang rusak ataupun tercipta, yang ada hanyalah berupa tatanan.
4. Terjadinya Bumi dan Tata Surya
Berikut ini dijelaskan hipotesis terjadinya bumi dan tata surya.
a. Hipotesis Kabut
Hipotesis yang sering dinamakan hipotesis solar nebula ini merupakan hipotesis yang paling tua dan paling terkenal. “Imanuel Kant” (1724-1804), seorang ahli filsafat berkebangsaan Jerman mengajukan suatu hipotesis tentang asal-usul bumi. Teori ini sangat mirip dengan teori yang dikemukakan oleh seorang ahli astronomi Perancis bernama “Simon de Laplace”pada tahun 1796. Kemudian kedua hipotesis ini terkenal dengan nama “Hipotesis Kabut Kant – Laplace”.
Menurut hipotesis ini, semula Matahari berbentuk kabut. Kabut ini mengalami perputaran/rotasi dengan sangat lambat. Lama kelamaan kabut tersebut mengalami penurunan suhu, sehingga makin berkerut dan menjadi lebih kecil. Keadaan yang demikian itu menyebabkan gerak rotasi kabut bertambah cepat. Kabut atau gas tersebut akhirnya berbentuk cakram atau bulatan. Karena cepatnya berputar maka bagian-bagian tepi dari cakram tersebut lepas dan terjadilah planet-planet termasuik bumi. 

Dari teori kabut ini dapat diketahui bahwa :
1) Orbit planet-planet selalu melingkar.
2) Semua planet, kecuali Pluto berevolusi hampir pada bidang yang sama.
3) Semua planet tersusun dari unsur –unsur yang sama

b. Hipotesis Planetesimal
Sekitar tahun 1900 seorang astronom yang bernama “Forest Ray Moulton” dan seorang ahli geologi yang bernama “Thomas C. Chamberlin”, keduanya dari Universitas Chicago dalam penelitiannya The Origin of The Earth (asal mula bumi) 1916.
Mereka mengemukakan suatu teori baru yang mereka namakan hipotesis planetesimal. Pada suatu masa, ada sebuah bintang berpapasan pada jarak yang tidak jauh. Akibatnya terjadilah peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang itu. sebagian dari massa matahari itu tertarik ke arah bintang. Pada waktu bintang itu menjauh, sebagian dari massa matahari itu jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa sekitar matahari. Hal inilah yang dinamakan planetesimal yang kemudian menjadi planet-planet kecil yang beredar pada orbitnya.
Hal-hal yang mendukung teori ini :
1) Komposisi matahari dan planet-planet tersebut sama
2) Semua planet, kecuali Pluto berevolusi hampir pada bidang yang sama di sekeliling matahari.
3) Semua planet tersusun dari unsur-unsur yang sama

c. Teori Pasang 
Pada tahun 1918 sarjana Inggris, “Sir James Jeans dan Sir Herald Jeffreys” menyusun apa yang disebut teori pasang. Hipotesisnya dikenal dengan Hipotesis Tidal Jame Jeffreys. Teori ini juga didasarkan atas ide benturan. Mereka berpendapat bahwa planet itu langsung terbentuk dari massa gas asli yang ditarik dari matahari oleh bintang yang lewat dan bukan oleh penysusunan benda alam yang besar dan padat dari berbagai unsur kecil. Menurut teori pasang, ketika bintang mendekat atau bahkan menyerempet matahari kita, tarikan gravitasinya menyedot filamen gas berbentuk cerutu panjang dari matahari, sebuah filamen yang membesar pada bagian tengahnya dan mengecil pada kedua ujungnya. 

d. Teori Lyttleton
Seorang astronom yang memperkenalkan suatu gagasan yang juga merupakan modifikasi dari teori benturan. Dia mengatakan bahwa matahari asalnya adalah suatu bintang kembar dan kedua bintang mengelilingi suatu pusat gravitasi. Sebuah bintang lewat mendekati salah satu matahari ini dan mungkin telah menghancurkannya dan mengubah bentuknya menjadi massa gas besar yang berputar-putar. Bintang yang bertahan akan menjadi matahari kita, sedangkan korban benturan itu dalam selang waktu tertentu berkembang menjadi planet kita.

B. Sejarah Perkembangan Muka Bumi (Pangea, Gondwana)
Teka-teki Jigsaw itulah yang terpikir oleh orang kalau mereka melihat peta dunia. Doronglah peta Eropa dan Afrika melewati peta Atkantik, maka sesuailah dan benar-benar sesuai letak garis pantai kedua benua itu dengan garis pantai benua Amerika. Putarlah letak India, Australia dan Antartika, maka akan kita dapati bahwa garis pantainya cocok. Benua-benua itu seperti bagian-bagian teka-teki mozaik – gambar (jigsaw) raksasa. Para ahli mengemukakan bahwa, di dalam sejarah bumi pada jaman dahulu, benua-benua saling berhubungan dan kemudian terpecah-pecah dengan dahsyat. Pada abad 19 ide ini di dukung oleh penelaahan geologi dan bentuk kehidupan yang terdapat di kedua sisi Atlantik, yang menunjukkan banyak kesamaan.

1. Teori Apung Benua
Alfred Lothar Wegener berpendapat bahwa celah yang terjadi di Atlantik, Samudra Hindia dan lautan di sebelah selatan bukanlah disebabkan suatu bencana, tetapi terjadi dengan perlahan-lahan dan bertahap, dalam cakupan masa geologi. Pendapat yang diakui mengenai adanya kesamaan bentuk, kesamaan geologi, dan kesamaan beberapa makhluk yang hidup di pantai seberang sebenarnya didukung Wegener dengan suatu argumentasi hasil survai yang menyatakan bahwa Greenland bergerak ke arah daratan Eropa dengan kecepatan yang dapat di ukur. Lebih jauh, Wegener menambahkan bahwa karena bumi merupakan suatu bola yang berputar, maka terjadilah kekuatan yang mendorong benua-benua ke arah katulistiwa. 

Dia menyimpulkan bahwa semua benua masa sekarang, pada jaman dahulu pernah bergabung menjadi sebuah benua besar yang disebut “Pangea”. 
Pangea, yang sebagian besar terbentuk dari batuan granit, terapung pada batuan basalt yang mengelilinginya (granit lebih ringan dari pada basalt) seperti es terapung. Kemudian Pangea terpecah-pecah, kepingannya hanyut kemana-mana.

Adapun titik tolak teori Wegener tersebut adalah:
a. Adanya persamaan yang mencolok antara garis kontur pantai Timur Benua Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa dan Afrika. Kedua garis yang sama tersebut dahulu adalah daratan yang berimpitan. Itulah sebabnya formasi geologi di bagian yang bertemu itu sama.
Keadaan ini telah dibuktikan kebenarannya. Formasi geologi di sepanjang pantai Afrika Barat dari Sierra Leone sampai tanjung Afrika Selatan sama dengan apa yangada di Pantai Timur Amerika, dari Peru sampai Bahia Blanca.

b. Daerah Greenland sekarang ini bergerak menjauhi daratan Eropa dengan kecepatan 36meter/tahun, sedangkan kepulauan Madagaskar menjauhi Afrika Selatan dengan kecepatan 9 meter/tahun. Menurut Weneger, benua-benua yang sekarang ini, dahulunya adalah satu benua yang disebut dengan benua Pangea. Benua tunggal itu mulai memecah karena gerakan benua besar di selatan baik kearah barat maupun ke utara menuju Khatulistiwa. Dengan peristiwa tersebut maka terjadilan hal-hal sebagai berikut:
1) Bentangan-bentangan samudera dan benua-benua menggapung sendiri-sendiri.
2) Samudera atlantik menjadi semakin luas karena benua Amerika masih terus melangsungkan gerakannya ke arah barat. Dengan demikian terjadi lipatan kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan utara-selatan yang terdapat di depanjang pantai Amerika Utara Selatan.
3) Adanya kegiatan seismik yang luar biasa di sepanjang Patahan St, Andreas dekat pantai Barat Amerika Serikat.
4) Batas samudera Hindia makin mendesak ke Utara. Anak Banua India semual di duga agak panjang tatapi karena gerakannya ke utara maka india makin menyempit dan makin mendekat ke Benua Eurasia. Proses tersebut menimbulkan lipatan pegunungan Himalaya.
Benua-benua sekarang ini pun masih terus bergerak. Gerakan itu dapat dibuktikan dengan makin melebarnya celah yang terdapat di alur dalam samudera.

2. Descartes
Ia mengemukakan teori kontraksi yang kemudian diteruskan oleh Suess. Menurut Rene Descartes (1696-1650), bumi kita makinsusut dan mengkerut karena pendinginan. Karena itu, terjadilah gunung-gunung dan lembah-lembah. Teori ini mendapat dukungan para ahli geologi.

3. Edward Suess
Edward Suess (1831-1914) melanjutkan teori Descartes. Akan tetapi, Suess menyatakan bahwa persamaan geologi yang terdapat di Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika disebabkan oleh bersatunya daratan-daratan itu pada awal mulanya yang merupakan satu benua dan disebut Benua Gondwana. Benua yang besar itu sekarang tinggal sisa-sisanya saja, karena bagian lain sudah tenggelam di bawah permukaan laut.

C. Deskripsi Karakteristik Perlapisan Bumi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan ahli geofisika, terutama dengan metode seismik, bagian dalam bumi dapat diketahui. Secara umum, berdasarkan kecepatan perambatan gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S), bumi dibagai atas beberapa lapis.

1. Kerak Bumi
Kerak bumi merupakan bagian terluar dari bumi. Ketebalan lapisan ini bervariasi mulai dari 8 km ( kerak samudra ) hingga 40 km ( kerak benua ).
Kerak bumi merupakan selubung tipis yang menyelimuti bumi dan berbentuk lempeng-lempeng kaku yang selalu bergerak. Komposisi penyusunan kerak bumi berbeda antara tempat yang satu dengan tempat lainnya. Hampir 95% kerak bumi tersusun atas batuan beku atau batuan metamorf yang berasal dari batuan beku. Kerak benua umumnya tersusun atas batuan granit yang memiliki kepadatan rendah. Adapun kerak samudra umumnya tersusun atas batuan basalt yang memiliki kepadatan tinggi. Lapisan paling atas kerak bumi umumnya ditutupi oleh sedimen tipis dan batuan sedimen.
Secara umum, kepadatan batuan penyusun kerak bumi kurang dari kepadatan batuan penyusun lapisan bumi yang lebih dalam. Karena itulah kerak bumi dapat mengapung di atas mantel. Antara lapisan kerak bumi dan lapisan mantel dibatasai oleh lapisan yang disebut diskontinuitas mohorovicic atau yang biasa disebut lapisan moho. Lapisan ini ditemukan melalui penggunaan metode seismik pada tahun 1909.
2. Mantel
Lapisan mantel merupakan lapisan tebal yang terletak di antara kerak bumi dan inti bumi. Sekitar 80% volume bumi merupakan mantel. Para ahli geologi meyakini bahea lapisan ini tersusun atas mineral besi dan magnesium silikat. Lapisan mantel dapat dibagi lagi menjadi lapisan mantel atas yang bersifat agak cair dan lapisan mantel bawah yang bersifat padat.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa mantel bumi dipengaruhi oleh aeus konveksi. Temperatur dan tekanan di dalam mantel bumi sangat tinggi sehingga batuan padatpun dapat bergerak mengapung walaupun gerakan tersebut berlangsung sangat lambat.

3. Inti
Inti bumi adalah lapisan bumi terdalam dengan batuan yang paling padat dibandingkan dengan lapisan lainnya. Para ahli geologi berpendapat bahwa inti bumi terutama tersusun atas logam besi dan nikel. Inti bumi dapat dibagi lagi menjadi inti luar dan inti dalam. Inti luar (kedalaman 1.891 – 5.150 km) bersifat cair. Adapun inti dalam dimana tekanan sangat besar, merupakan lapisan yang bersifat padat. Besarnya tekanan di lapisan ini menyebabkan logam besi dan nikel tetap berada pada kondisi padat sekalipun temperatur di bagian ini sangat tinggi.

Perlapisan bumi juga dapat dilakukan berdasarkan sifat fisiknya. Berdasarkan sifat fisiknya lapisan kulit bumi dapat dibedakan atas :
a. Lapisan Litosfer
Lapisan ini berada pada bagian paling atas muka bumi dengan ketebalan sekitar 100 km. Batuan yang menyusun lapisan litosfer merupakan batuan yang kaku, kuat dan dingin.
b. Lapisan Astenosfer
Lapisan ini berada pada kedalaman antara 100 hingga 350 km. Di zona ini temperatur batuan mendekati titik lelehnya, sehingga lapisan ini merupakan lapisan yang lemah, mudah terdeformasi, panas dan bersifat plastis. Di lapisan inilah terdapat zona kecepatan rendah, dimana gelombang P dan gelombang (S) merambat dengan kecepatan sangat rendah.
c. Lapisan Mesosfer
Lapisan ini berada di antara lapisan batas mantel inti dan lapisan astenosfer (kedalaman sekitar 350 km di bawah permukaan bumi). Walaupun temperatur di lapisan ini sangat tinggi, batuan di dalamnya tetap bersifat padat karena mengalami tekanan yang luar biasa besar.

D. Teori Lempeng Tektonik Dan Persebaran Gunung Api Dan Gempa Bumi
1. Gerakan Lempeng
Inti Teori Lempeng Tektonik ialah bahwa bumi kita yang padat ini sebenarnya terdiri atas sekitar selusin lempengan-lempengan tipis dan kaku. Lempengan yang disebut litosfer ini berada pada lapisan astenosfer yang selalu bergerak. Lempeng-lempeng ini selanjutnya mengalami perusakan dan pembangunan kembali melalui gerakan mendorong, menggilas, menunjam, juga saling menjauh yang berlangsung terus menerus. 
Di beberapa tempat, lempengan-lempengan tersebut bergerak saling menjauh (divergent), dan terjadi lantai samudra baru, punggung-punggung samudra diantaranya menjadi batasnya. Jika lempengan-lempengan itu bergerak saling mendekat dan bertabrakan (convergent) serta tumpang tindih, gunung-gunung muda, busur-busur, dan palung-palung akan menjadi batasnya. Adapula gerakan lempeng litosfer yang saling bergesekan secara mendatar, maka pada bidang batasnya akan ditemui patahan atau sesar mendatar (keretakan transformasi).
Teori lempeng tektonik menjelaskan bahwa benua-benua itu seperti rakit yang membeku di dalam es dari suatu arus yang mengalir, terseret bersama dasar samudra di sekitarnya di dalam lempeng-lempeng raksasa. 

Terdapat 6 lempeng utama : 
a. Lempeng Amerika, terdiri dari Amerika Utara dan Selatan serta setengah dasar Samudra Atlantik bagian barat.
b. Lempeng Afrika, terdiri dari Afrika dan sebagian besar dasar samudra sekitarnya.
c. Lempeng Eurasia, terdiri dari Eropa, Asia dan dasar laut disekitarnya
d. Lempeng Antartika, terdiri dari Antartika dan laut disekitarnya
e. Lempeng India, terdiri dari India, Australia dan semua dasar laut diantara lempeng-lempeng itu.
f. Lempeng Pasifik, mendasari samudra Pasifik
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa wilayah-wilayah yang berada di batas lempeng merupakan wilayah yang memiliki banyak gunung api dan daerah rawan gempa. 

2. Persebaran Gunung Api 
Menurut catatan para ahli vulkanologi, di Indonesia terdapat tidak kurang dari 400 gunung berapi, tetapi yang masih aktif kira-kira 80 buah saja. Adapun sisanya adalah gunung api yang sudah tidak aktif atau dalam fase istirahat. Persebaran gunung api di Indonesia membentuk busur yang sejajar dengan palung dasar samudra yang merupakan tempat-tempat di mana lempeng litosfer saling bertemu, menukik dan menyusup. 
Ada tiga sistem pokok penyebaran pegunungan yang bertemu du Indonesia, yaitu Sistem Sunda, Sistem Busur Asia, dan Sistem Sirkum Australia. 
a. Sistem Sunda
Sistem ini dimulai dari Arakan Yoma di Myanmar, sampai ke Kepulauan Banda di Maluku. Panjangnya + 7.000 km. Terdiri dari 5 busur pegunungan, yaitu :
1) Busur Arakan Yoma, berpusat di Shan (Myanmar)
2) Busur Andaman Nicobar, berpusat di Mergui
3) Busur Sumatera-Jawa, berpusat di Anambas
4) Busur Kepulauan Nusa Tenggara, berpusat di Flores
5) Busur Banda, berpusat di Banda
Sistem Sunda terbagi atas dua busur, yakni : busur dalam yang vulkanis, busur luar yang tidak vulkanis, yang terletak di bawah permukaan laut. 

b. Sistem Busur Tepi Asia
Sistem ini dimulai dari Kamsyatku melalui Jepang, Filipina, Kalimantan, dan Sulawesi. Di Filipina busur bercabang tiga, yakni :
1) Cabang pertama : dari Pulau Luzon melalui Pulau Palawan ke Kalimantan Utara.
2) Cabang kedua : dari Pulau Luzon melalui Pulau Samar ke Mindanau dan kepulauan Sulu.
3) Cabang ketiga dari Pulau Samar ke Mindanau, Sangihe ke Sulawesi. 

c. Sistem Sirkum Australia
Sistem ini dimulai dari Selandia Baru melalui Kaledonia Baru ke Irian. Bagian Utara dari sistem pegunungan ini bercabang dua, yakni :
1) Dari ekor Pulau Irian melalui bagian tengah sampai ke Pegunungan Charleslois di sebelah barat
2) Dari Kepulauan Bismarck melalui pegunungan tepi utara Irian sampai ke kepala burung menuju Halmahera. 
Ketiga sistem pegunungan ini bertemu di sekitar Kepulauan Sulu dan Banggai. Indonesia adalah daerah pertemuan rangkaian Mediterania dan rangkaian Sirkum Pasifik dengan proses pembentukan pegunungan yang masih berlangsung. Itu sebabnya di Indonesia banyak terjadi gempa bumi.

3. Persebaran Gempa Bumi 
Gempa bumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses endogen pada kedalaman tertentu. Kerak bumi tempat kita tinggal ini terdiri atas sejumlah lempeng atau bongkahan besar yang selalu bergerak. Pergerakan ini menyebabkan terlepasnya energi yang menimbulkan getaran sehingga dapat mengguncangkan permukaan bumi, Peristiwa inilah yang disebut gempa bumi. 
Pusat gempa di dalam bumi disebut hiposentrum. Dari hiposentrum ini getaran di teruskan ke segala arah. Tempat hiposentrum ini ada yang dalam sekali dan ada yang dangkal. Di Indonesia terdapat hiposentrum yang dalamnya lebih dari 500 km. Contohnya dibawah laut Flores yang dalamnya + 720 km. 
Pusat gempa pada permukaan bumi diatas hiposentrum disebut episentrum. Kerusakan yang terbesar terdapat di sekitar daerah episentrum. Di Indonesia, episentrum kebanyakan terdapat dibawah permukaan laut, sehingga kerusakan yang terjadi di daratan tidak begitu besar. Akan tetapi rawan terjadi gempa bumi tsunami seperti yang terjadi di daerah Nanggro Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatra Utara pada tanggal 26 Desember 2004 yang menimbulkan akibat yang sangat dahsyat. 
Gempa bumi ini banyak terjadi di daerah yang masih labil. Misalnya daerah :
a) Rangkaian Mediterania, mulai dari Eropa (pegunungan Apenina dan Dinarida), Asia (Iran, India, dan Indonesia).
b) Rangkaian Sirkum Pasifik, mulai dari Amerika Selatan ( Pegunungan Andes ), Amerika Tengah ( Guatemala ), Amerika Utara (Pegunungan Rocky di tepi pantai Pasifik), Asia ( Jepang, Philipina dan Indonesia ).
c) Alpen Australia, meliputi daerah Papua, Hebrides, Salomon, Tongga dan Kermadock, Selandia Baru.


Source : http://nyssafyeldotblogspot.co.id/2011/04/materi-sejarah-pembentukan-bumi-dan.html

0 komentar:

Posting Komentar