Teori pertama ialah teori Gujarat. Teori ini menyebutkan agama Islam masuk ke Indonesia melalui orang-orang Gujarat (India) yang menyebarkannya di sepanjang daerah pesisir pantai. Teori itu juga menyebutkan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan dagang antara Indonesia-Gambia (Gujarat) ke Timur Tengah hingga ke Eropa.
Lalu, teori kedua merupakan teori Persia. Teori tersebut menyebutkan Islam masuk melalui bangsa Persia pada abad ke-7 M. Teori Persia ini didukung oleh Hoesein Djajadiningrat didasari atas beberapa bukti. Pertama, adanya peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib.
Bukti kedua ialah terdapat kesamaan ajaran Syekh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj. Dan, bukti ketiga ialah adanya catatan dari Tiongkok yang menyebutkan bahwa terdapat koloni para pedagang Islam di Sumatra Barat, tepatnya di lokasi Tashih.
Kemudian, teori ketiga ialah teori Arab. Teori itu menyebutkan Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 M langsung dari Mekkah atau Arab. Berdasarkan teori Arab, Islam masuk melalui para pedagang Arab yang berdagang dan singgah di daerah-daerah Indonesia. Para pedagang tersebut, selain berdagang juga mengajarkan agama Islam kepada penduduk lokal.
Pendapat dari teori ini didukung oleh ulama dan sastrawan Indonesia, yakni Haji Abdul Malik Karim (HAMKA). Teori ini juga didukung oleh catatan Tiongkok dari Dinasti Tang. Salah satu bukti yang menyokong teori ini ialah adanya perkampungan Arab Islam di Pantai Barat Sumatra pada abad ke-7 M.
Sumber Sejarah dan Berita Masuknya Islam di Indonesia
Sumber sejarah dan berita masuknya Islam di Indonesia terbagi menjadi dua, yakni sumber luar negeri dan sumber dalam negeri. Sumber luar negeri terbagi lagi menjadi empat. Pertama, berita dari Tiongkok melalui catatan Ma-Huan, sekitar 1400 M. Sumber tersebut menyebutkan terdapat pedagang pedagang-pedagang Islam yang bertempat tinggal di Pantai Utara Pulau Jawa.
Lalu, sumber kedua ialah berita Arab. Sumber tersebut menyebutkan sekitar abad ke-7 M, para pedagang Islam yang berasal dari wilayah Timur Tengah telah melakukan kegiatan dagang di Sriwijaya. Terdapat panggilan Sribuza, Zabay, dan Zabag untuk penamaan Sriwijaya.
Sumber ketiga ialah berita Eropa. Sumber tersebut menjadi dua sumber utama, yakni catatan Marcopolo dan catatan Tome Pires. Dalam catatan Marcopolo, dituliskan bahwa saat ia singgah di Perlak, ia menemukan masyarakat setempat yang sudah beragama Islam. Selain itu, terdapat pula banyaknya pedagang dari Gujarat yang menyebarkan Islam sekitar abad ke-13 M.
Lalu, sumber dari Tome Pires, mengenai Islam di Indonesia dapat dibaca dalam buku berjudul Suma Oriental. Dalam buku itu, Pires menuliskan bahwa sebagian besar raja-raja di Sumatra sudah memeluk agama Islam.
Dan, sumber terakhir ialah sumber berita India. Dalam berita India disebutkan bahwa terdapat para pedagang yang berasal dari Gujarat yang melakukan aktivitas dagang dan juga penyebaran agama Islam di sekitar pesisir pantai.
Sedangkan, untuk sumber dalam negeri terbagi menjadi enam bukti sumber. Pertama, adanya batu nisan Fatimah binti Maemun yang berangka 745 Hijriah (1082 M) di Leren, Gresik, Jawa Timur. Peninggalan batu nisan tersebut dapat menjadi bukti peninggalan Islam sudah masuk ke wilayah Indonesia.
Sumber bukti kedua ialah batu nisan Sultan Malik Al-Shaleh yang berangka 696 Hijriah (1297 M). Peninggalan tersebut menunjukkan bahwa terdapat penamaan Sultan sebagai gelar seorang raja. Sultan Malik Al-Shaleh adalah raja dari kerajaan Samudra Pasai.
Bukti sumber ketiga ialah rangkaian batu nisan yang terdapat di sekitar Trowulan dan Trolaya, Jawa Timur yang berangka 1376-1611 M. Serangkaian batu nisan itu ditemukan dekat situs Majapahit dan menunjukkan adanya tanda-tanda berkembangnya agama Islam.
Lalu, bukti sumber keempat ialah makam Syekh Maulana Malik Ibrahim yang berangka 1419 M yang didatangkan dari Gujarat dan berisi tentang tulisan-tulisan Arab. Bukti kelima ialah batu nisan Sultan Pledir yang pertama berangka 1497 M, yaitu Muzafar Syah dan Sultan kedua bernama Makruf Syah berangka 1511 M. Dan, bukti keenam ialah batu nisan Sultan Aceh pertama bernama Ali Mughayat Syah berangka 1530 M.
Kesultanan Peureulak (Perlak)
Kesultanan Peureulak atau Perlak merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Indonesia yang terletak di Pulau Sumatra. Kesultanan ini muncul pada abad ke-9 M dan bertahan hingga abad ke-13 M. Kesultanan Perlak merupakan salah satu kerajaan Islam di Indonesia yang terdapat dalam catatan Marcopolo.
Dalam catatan itu, Perlak disebutkan sebagai daerah dengan masyarakat yang sudah memeluk agama Islam dan banyak pedagang-pedagang Islam. Dalam catatannya, Marcopolo menyebutkan dirinya singgah di Perlak pada tahun 1292 M.
Selain catatan Marcopolo, ada beberapa sumber lain yang di dalamnya mengisahkan Kesultanan Perlak. Sumber pertama ialah naskah Indharatul haq hamlakatil ferlah wal fasi karya Abu Ishaq Makaroni Al Fasi dan sumber kedua ialah naskah Tazkirah Thabakat Jumu Sultan As Salatin karya Sayid Abdullah ibn Saiyid Habib Saifudin.
Raja pertama Kesultanan Perlak ialah Sultan Alaidin Saiyidin Maulana Abdul Azis Syah. Ia memerintah Perlak dari 846 M hingga 864 M. Kesultanan ini berakhir pada masa pemerintahan raja ke 16, yakni Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah Jouhan yang memerintah dari 1225 M hingga 1263 M.
Kesultanan Samudra Pasai
Kesultanan Samudra Pasai merupakan kerajaan yang terletak di sebelah utara Perlak, di daerah Pantai Timur Aceh (saat ini menjadi daerah Lhokseumawe). Kerajaan ini berdiri pada abad ke-13, sekitar 1267 M. Samudra Pasai dibentuk oleh Meurah Silu yang merupakan nama lain dari Sultan Malik al-Saleh sebelum memeluk Islam.
Sumber sejarah mengenai Samudra Pasai ada dua sumber utama. Pertama, catatan Ibnu Batutah, penjelajah asal Delhi, India. Ketika ia melakukan perjalanan ke Tiongkok, Ibnu Batutah singgah di Samudra Pasai pada tahun 1346 M.
Dalam catatannya, Ibnu Batutah memberikan keterangan bahwa Samudra Pasai adalah kerajaan yang memiliki struktur pemerintahan serupa dengan kerajaan-kerajaan di India. Selain itu, saat ia berada di Tiongkok, Ibnu Batutah melihat kapal milik Sultan Pasai.
Sumber kedua ialah catatan Marcopolo. Dalam catatannya, selain menyebutkan mengenai Kesultanan Perlak, Marcopolo juga menyebutkan tentang Kesultanan Samudra Pasai. Ia menyebutkan Kerajaan Samudra Pasai sebagai salah satu kerajaan Islam.
Raja pertama kerajaan ini ialah Sultan Malik al-Saleh yang memerintah sejak tahun 1290 hingga 1297 M. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai tengah naik daun sebagai sebuah kerajaan Islam dan berhasil menguasai Selat Malaka, yang kala itu merupakan pusat perdagangan internasional.
Lalu, raja terakhir Samudra Pasai ialah Sultan Zainal Abidin ke-5. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai mengalami kemunduran karena invasi dari Kerajaan Majapahit. Kemunduran itu kemudian dimanfaatkan oleh Kerajaan Aceh yang akhirnya menaklukkan kerajaan tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar